Kamis, 21 April 2011

PERDAGANGAN DIDAERAH PERBATASAN INDONESIA LONG BAWAN KRAYAN (INDONESIA) DAN BA’KELALAN (MALAYSIA) ANTARA TEORI DAN KENYATAAN


PERDAGANGAN DIDAERAH PERBATASAN INDONESIA
LONG BAWAN KRAYAN (INDONESIA) DAN BA’KELALAN (MALAYSIA)
ANTARA TEORI DAN KENYATAAN

I.       TEORI PERDAGANGAN INTERNATIONAL
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.
Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor.
Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.
Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut :
  • Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
  • Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
  • Memperluas pasar dan menambah keuntungan
    Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.
  • Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.

II.         Peraturan/Regulasi Perdagangan Internasional

Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilatera antara dua negara. Selama berabad-abad dibawah kepercayaan dalam Merkantilisme kebanyakan negara memiliki tarif tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan internasional. pada abad ke 19, terutama di Britania, ada kepercayaan akan perdagangan bebas menjadi yang terpenting dan pandangan ini mendominasi pemikiran di antaranegara barat untuk beberapa waktu sejak itu dimana hal tersebut membawa mereka ke kemunduran besar Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial seperti GATT dab WTO memberikan usaha untuk membuat regulasi lobal dalam perdagangan internasional. Kesepakatan perdagangan tersebut kadang-kadang berujung pada protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari perdagangan yang tidak adil yang tidak menguntungkan secara mutual.
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara yang berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif untuk industri-industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif untuk agrikultur oleh Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya keduanya mendukung penuh perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis dominan, sekarang Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang merupakan pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia, dan Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat secara ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan usaha non tarif, termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan fasilitasi perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dnegan perdagangan pertemuan dan prosedur cukai.
Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada beberapa tahun terakhir, bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, merupakan penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu pada perjanjian internasional besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya.
Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif dalam rangka memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia selama Depresi Besar membuat kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam depresi tersebut.
Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui World Trade Organization pada level global, dan melalui beberapa kesepakatan regional seperti MerCOSUR di Amerika Selatan, NAFTA antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko, dan Uni Eropa anatara 27 negara mandiri. Pertemuan Buenos Aires tahun 2005 membicarakan pembuatan dari Free Trade Area of America (FTAA) gagal total karena penolakan dari populasi negara-negara Amerika Latin. Kesepakatan serupa seperti MAI (Multilateral Agreement on Invesment) juga gagal pada tahun-tahun belakangan ini.

III.    ANTARA TEORI DAN KENYATAAN
Dari teori perdagangan tersebut diatas, berikut kita akan melihat bagaimana perdagangan internasional yang terjadi di daerah perbatasan khususnya Kecamatan Krayan (Indonesia) dan Ba’Kelalan (Malaysia).

IV.    PERDAGANGAN ANTAR DUA NEGARA DI DAERAH PERBATASAN
Krayan adalah salah satu kecamatan di kabupaten Nunukan, Kalimantan timur yang berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Lundayeh adalah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi Krayan dan sebagian wilayah serawak, Malaysia. satu suku, satu bahasa, tapi beda Negara.

Berada di ketinggian hampir 1000 mdpl, membuat Krayan seolah terisolasi dari Indonesia, karena wilayah ini hanya bisa diakses melalui jalur udara. Itupun hanya pesawat kecil jenis cesna atau cassa saja yang bisa mendarat disana. maskapai penerbangan dari Tarakan ada Susi air dan MAFF.

Belum ada jalur darat yang tembus kesana. Via darat, sangat tidak memungkinkan, padahal, Krayan itu posisinya jauh lebih dekat dengan Malinau, sayangnya, jalur darat rute Malinau-Krayan belum tembus. Sebenarnya sudah ada proyek itu, namun karena ada aturan pemanfaatan kawasan hutan lindung, maka kegiatan itu pun urung dilakukan.

IV.I.    PERAN OJEK SEPEDA MOTOR DALAM SISTEM TATA NIAGA BERAS & BARANG DI KRAYAN


Pada waktu dulu saat kebutuhan belum terlalu beragam, segala kebutuhan cukup ada di sekitar kita, setelah zaman berkembang, kebutuhan dan tuntutan hidup semakin bermacam-macam. Untuk mendapatkan kebutuhan yang bermacam-macam maka masyarakat memiliki komoditi beras sebagai alat tukarnya. Namun beras selama ini masih sangat sulit menjadi komoditi perdagangan ke dalam negeri karena sarana pengangkutan hanyalah melalui udara yang biayanya sangat mahal. Dengan harga yang mahal menyebabkan beras Krayan menjadi komoditi sangat mahal di dalam negeri sendiri. 


Yang menjadi masalah adalah kebutuhan yang bermacam-macam itu aksesnya yang relatif lebih baik adalah ke Ba’ Kelalan. Segala kebutuhan ada di Ba’ Kelalan, oleh karena itu Ba’ Kelalan menjadi tumpuan yang besar. Selama akses ke dalam negeri sendiri kurang lancar dan masih sangat mahal, maka ketergantungan dengan Ba’ Kelalan akan berkekalan alias semakin jauh. Akibatnya keadaan ini akan terus berlangsung, karena ketidakberdayaan kita mengatasi akses transportasi ini.


Keadaan inilah yang kemudian menjadi peluang bagi para pengojek sebagai alternatif alat transportasi masyarakat. Selama ini peranan ojek sudah sangat membantu bagi kelancaran arus perdagangan beras dari daerah-daerah produksi ke kantong-kantong konsumen bahkan ke para pedagang di Ba’ Kelalan. Demikian juga sebaliknya, kebutuhan barang-barang masyarakat dapat juga diperoleh dari Ba’ Kelalan dengan menggunakan jasa ojek sepeda motor ini.


Masing-masing desa atau lokasi ada saja kaum mudanya yang bekerja di sektor jasa Ojek. Ada yang bersifat sebagai pekerjaan tetap (profesi), atau yang sebagai sambilan di saat libur sekolah. Frekuensi atau jumlah rit setiap pengojek dipengaruhi oleh ada tidaknya atau sedikit banyaknya barang yang akan diangkut, serta jarak angkut asal barang dengan tujuan barang. Karena tujuan pemasaran beras itu ke Ba’ Kelalan, maka Ojek selalu membawa beras ke Ba’ Kelalan. Sedangkan kembali dari Ba’ Kelalan mereka mengangkut segala barang keperluan sesuai yang dipesankan dari pengguna jasa Ojek tersebut.

Sedangkan menurut Sdr. Hengki PPL-THL TB Krayan, akhir-akhir ini (Juni 2009) jumlah ojek semakin banyak. Ojek sebagai profesi sudah lebih dari 100 orang, sedangkan ojek sambilan yang dilakukan oleh anak-anak muda Krayan juga semakin meningkat, terutama pada saat liburan sekolah dan saat-saat panen melimpah dengan cuaca kering serta jalan yang bagus, keseluruhan bisa mencapai 200-an orang. Mereka rata-rata membawa beras dari tempat masing-masing untuk dijual menuju Ba’ Kelalan, Sabah, Malaysia.
Di samping itu ada juga pengojek yang berasal dari Ba’ Kelalan yang biasanya membawa barang atau orang dari Ba’ Kelalan sendiri ke desa-desa (lokasi) di Krayan, ada sekitar 10 orang.



Fluktuasi perdagangan beras


Keadaan perdagangan beras memang sangat berfluktuasi tergantung masa-masa tertentu. Pada musim kering atau kemarau perdagangan beras ramai, disebabkan karena jalanan kering sehingga faktor angkutan tidak menjadi masalah. Pada saat kebutuhan anak sekolah mulai meningkat (Juni-Juli-Agustus) perdagangan beras juga lebih ramai.
Bulan Juni ini harga beras di Long Bawan mencapai Rp 100.000 per kaleng (beras kecil), untuk beras besar Rp 90.000 per kaleng. Isi per kaleng ada 15 kg beras.
Harga beras akan naik mulai bulan Agustus, September sampai Desember, di Long Bawan harga bisa mencapai Rp 130.000 sampai Rp 150.000 per kaleng.



Harga Beras di Ba’ Kelalan


Harga beras di Ba’ Kelalan sebenarnya relatif lebih rendah dibandingkan harganya di Long Bawan. Namun permintaan beras di Long Bawan tidak sebesar di Ba’ Kelalan. Ternyata agak susah memasarkan beras di Long Bawan, karena semua orang sudah punya persediaan, kecuali para pendatang atau orang-orang yang tidak memiliki sawah. Sehingga, apalagi kalau petani sudah memerlukan dana atau barang belanja maka pilihan yang paling cepat dan pasti adalah menjualnya ke Ba’ Kelalan, baik dlakukan sendiri atau menggunakan jasa ojek.


Pada Bulan-bulan seperti Bulan Mei dan Juni harga beras di Ba’ Kelalan sekitar RM 9 per gantang. Setiap gantang ada 14 mug (kaleng susu), setiap 4 mug adalah 1 kg, berarti 1 gantang ada sekitar 3,5 kg beras. Harga bisa turun hingga menjadi RM 8 sampai RM 7.50 per gantang, tergantung jumlah beras yang akan dijual. Semakin banyak beras yang akan dijual harga menjadi turun.


Namun pada saat perminaan konsumen luar negeri (di Ba’ Kelalan) naik, sedangkan di Krayan juga sedang diperlukan atau keadaan cuaca yang sering hujan, maka harga beras di Ba’ Kelalan akan naik. Harga yan cukup tinggi yaitu sekitar RM 12-13 per gantang biasanya terjadi pada Bulan 10, 11 dan 12, yang biasanya berlangsung sekitar 2 bulan saja. Pada bulan-bulan tersebut menjelang akhir tahun, dimana banyak persiapan acara untuk kegiatan keagamaan seperti Natal dan tahun baru. Jika RM 1 nilai tukarnya Rp 3.000, maka dapat dihitung harga beras dalam rupiah sebagai berikut :


Harga beras di Ba’ Kelalan, ongkos ojek dan penerimaan petani

            Harga sebelum ongkos ojek Harga diterima petani

RM 7.50 per gantang Rp 6.428 per kg Rp 4.428 per kg
RM 8.00 per gantang Rp 6.857 per kg Rp 4.857 per kg
RM 9.00 per gantang Rp 7.714 per kg Rp 5.714 per kg
RM 10.0 per gantang Rp 8.571 per kg Rp 6.571 per kg
RM 11.0 per gantang Rp 9.428 per kg Rp 7.428 per kg
RM 12.0 per gantang Rp 10.285 per kg Rp 8.285 per kg
RM 13.0 per gantang Rp 11.142 per kg Rp 9.142 per kg

Selisih harga penjualan Beras (penerimaan petani) antara Long Bawan (Krayan) dan Ba’ Kalalan dalam (Rp/kg) :


Bulan -----------Long Bawan -----Ba’ Kalalan -------Selisih
Bulan Juni ------6.666 ------------5.714 ------------1.166
-----------------------------------4.857 ------------1.809
-----------------------------------4.428 ------------2.238
Bln Agustus -----8.666 -----------7.428 ------------1.238
-----------------------------------6.571 ------------2.095
-----------------------------------5.714 ------------2.952
Bln Desember --10.000 ----------9.142 --------------858
-----------------------------------8.285 -----------1.715
-----------------------------------7.428 -----------2.572

Dari angka selisih nilai perdagangan beras di atas menunjukkan betapa pasrah dan tidak berdayanya petani dengan permainan harga dengan tata niaga yang tidak ada perlindungan sama sekali. Seandainya dilakukan beberapa upaya penampungan hasil panen petani pada tingkat harga yang wajar, tentu kerugian yang cukup besar dapat dihindari.


Harga yang terjadi di Ba’ Kalalan sebenarnya bukan harga nominal yang sesuai dengan harga normal ditingkat konsumen. Konsumen beras Krayan adalah di kota-kota di wilayah Sabah, Serawak sampai di Negara Brunei Darussalam.

Data terdahulu menyebutkan bahwa tingkat harga di daerah Miri, Lawas dan Ba’ Rio adalah RM 15 sampai dengan RM 20 per gantang. Berarti 2 kali lipat harga yang sedang terjadi di Ba’ Kalalan. Ini adalah sistem tata niaga yang sungguh tidak adil.


Sedangkan di Brunei Darussalam harga beras justru lebih tinggi hingga mencapai B$ 15 – 20 (kurs sekitar Rp 5.000 / B$). Sungguh penistaan sistem tata niaga yang sangat tidak adil. Namun demikian masyarakat Krayan seolah tidak berdaya melawan keadaan yang tidak adil ini. Apa boleh buat, belum ada pihak yang secara sungguh-sungguh melindungi hak-hak mereka sebagai produsen beras terenak di dunia. Hasil jerih mereka dalam menghasilkan beras yang paling disukai Raja Brunei ini tidak dihargai sepantasnya, justru yang menikmati adalah para pedagang yang kejam di Ba’ Kalalan, yang sebenarnya juga masih saudara-saudara satu etnis, bedanya mereka adalah warga negara Malaysia. Terlalu !!!


Kerugian petani Krayan, perampokan pedagang Ba’ Kalalan


Jika seandainya dari rata-rata 100 pengojek itu melakukan operasinya 200 kali dalam setahun, dan masing-masing mereka mengangkut 100 kg beras ke Ba’ Kelalan,maka jumlah beras yang diangkut mereka dan dijual di Ba’ Kelalan adalah sekitar 100 orang x 200 kali x 100 kg/orang/kali = 2.000 ton beras. Kalau selisih harga antara Ba’ Kalalan dengan di Krayan mencapai Rp 1.166/kg, maka kerugian yang dialami petani adalah Rp 2.332 juta atau Rp 2,332 M dalam setahun.


Sedangkan nilai keuntungan hasil perdagangan yang dialami oleh pedagang di Ba’ Kalalan yang menjual berasnya ke kota-kota di Sabah, Serawak dan Brunei bisa diprediksi sebagai berikut :

Asumsi :
Jumlah beras yang diperdagangkan 2.000 ton per tahun
Kota Tujuan ----Pembelian di Ba’ Kalalan -------Harga jual -----Selisih (RM)
Miri ------------RM 9.0 -------------------------RM 20.0 ------RM 11.0
Lawas -------------------------------------------RM 15.0 ------RM 6.0
Ba’ Rio ------------------------------------------ RM 13.0 ------RM 4.0
Brunei -------------------------------------------RM 20.0 ------RM 11.0
  -------------------------------------------------RM 25.0 ------RM 16.0

Peluang mengurangi sistem perdagangan yang tidak adil dengan Ba’ Kalalan

Untuk mengurangi sistem perdagangan yang terasa tidak adil ini antara lain sebagai berikut :
      • Memperlancar akses Beras dari Krayan Nunukan
      • Merintis perdagangan beras secara langsung dengan Brunei Darussalam
      • Mengurangi dominansi peran Ba’ Kelalan akan perdagangan beras maupun barang-barang
      • Melakukan pembelian beras yang lebih adil di Krayan
      • Memperluas pasar beras organik di luar negeri (selain Malaysia)
      • Memperlancar akses Beras dari Krayan Nunukan

Merintis perdagangan beras secara langsung dengan Brunei Darussalam

Sebenarnya Brunei Darussalam adalah pasar yang paling potensial bagi beras Krayan. Brunei selama ini secara diam-diam sudah menjadi pelanggan tetap beras Krayan, termasuk para keluarga kerajaan dan Sang Sultan Brunei sendiri. Brunei mendapatkan beras Krayan dalam jumlah beras melalui Ba’ Rio dan kota-kota lainnya seperti Lawas dan Miri, dll. Hanya sebagian kecil yang diperoleh langsung dari Krayan atau Ba’ Kelalan.

Jarak antara Brunei – Krayan (melewati Long Pasia tidak lewat Ba’ Kelalan) sebenarnya relatif dekat dan kalau jalan sudah terbuka maka dapat ditempuh dengan jalur darat dengan lama tempuh sektar 6- 8 jam. Ini tentu akan sangat merubah wajah Krayan menjadi sangat berseri-seri, karena beberapa sebab :
1.      Perdagangan beras cukup dengan Brunei, Brunei juga senang karena pangannya lebih terjamin dari wilayah yang dekat dan aman.
2.      Harga beras di Brunei lebih baik dari pada di Ba’ Kelalan bahkan dari Ba’ Rio, Miri dan Lawas. Yang selama ini sekitar hanya RM 9 per gantang, mudahan nanti akan dapat meningkat menjadi minimal RM 15 per gantang atau sekitar Rp 12.857 per kg
3.      Kalau harga cukup baik, maka dapat dipastikan perdagangan beras akan semakin bergairah, volume beras yan diperdagangan akan naik menjadi beberapa kali lipat. Kalau sekarang beras ke Ba’ Kelalan sekitar 2.000 ton per tahun, maka jika akses ke Brunei ini terbuka volume diproyeksi akan naik menjadi 4.000 sampai 5.000 ton beras per tahunnya.
4.      Kalau 2.000 ton dihargai Rp 12.857 per kg, maka devisa yang masuk sekitar Rp 25,714 M per tahun.
5.      Biaya ojek dapat lebih murah dan tidak memberatkan para petani. Dengan biaya ojek yang tinggi hasil penerimaan dari penjualan beras menjadi sangat kecil. Padahal petani telah bersusah payah menanam, panen, menjemur dan menggiling dengan kerja keras, maka sepatutnya mendapatkan penghargaan yang pantas melalui harga beli yang tinggi. Tidak adil jika hasil jasa ojek terlalu besar dan lebih besar dari petani.

IV.2.  MEMANFAATKAN SOA UNTUK BERAS KRAYAN


Menurut data Dinas Pertanian beras Krayan dan Krayan Selatan tersedia melebihi kebutuhan konsumsi masyarakat. Rata-rata kelebihannya sekitar 19.000 ton GKP atau sekitar 11.400 ton beras per tahun. Selama ini kelebihan ini belum dapat dijual semuanya ke luar daerah. Penjualan beras krayan sebagian besar adalah ke Bakalalan di Sabah Malaysia. Penjualan ke dalam negeri berjumlah sangat kecil yaitu ke Tarakan dan Nunukan, karena terkendala biaya ongkos angkut yang mahal dan sulit.


Transportasi ke Nunukan dan Tarakan hanya dapat menggunakan pesawat sedangkan pesawat masih sangat terbatas frekuensinya dan kapasitas angkutnya. Untuk angkutan barang dari Nunukan ke Long Awan dan Long Layu selama ini masih menggunakan fasilitas bantuan pemerintah melalui program SOA (subsidi ongkos angkut). Namun sayang SOA selama ini belum dimanfaatkan oleh para masyarakat untuk membawa beras keluar dari Krayan dan Krayan Selatan.


 SOA adalah program pemerintah yang dikelola bagian ekonomi Setkab untuk mensubsidi ongkos angkut barang dan penumpang. Kalau penumpang sudah dimanfaatkan dengan baik, baik pulang maupun kembalinya. Sedangkan untuk SOA barang baru dimanfaatkan untuk barang masuk ke Krayan dan belum dimanfaatkan untuk barang yang keluar dari Krayan. Oleh karena itu, ini merupakan peluang yang sangat bagus untuk membantu kelancaran pemasaran beras Krayan ke luar daerah.


Untuk memanfaatkan SOA barang keluar diperlukan kesiapan dari para pelaku usaha di Krayan. Barang yang paling tersedia di Krayan dan yang perlu untuk dicarikan akses penjualannya adalah beras. Beras Krayan memiliki keunggulan dan sudah sangat terkenal yaitu selain aman karena merupakan produk yang organik, juga karena rasanya yang enak dan sangat khas tidak ditemui dari beras-beras lainnya. Namun sayang, beras Krayan sulit didapatkan, tidak tersedia di toko-toko di Nunukan. Pada saat diperlukan sulit mencarinya, salah satu caranya maka harus memesannya kepada kenalan yang ada di Krayan. Itu pun masih sulit karena belum tentu dapat diangkut oleh pesawat.  


Maka dengan memanfaatkan jatah ongkos angkut barang oleh pesawat yang kosong dengan beras hasil produksi dari Krayan akan ada jaminan akses angkutan sehingga beras akan tersedia di Nunukan. Dengan fasilitas lebih dari SOA ini maka biaya ongkos angkut beras bisa lebih murah dari tarif umum yang biasanya sebesar + Rp 10.000/Kg.

V.          SEKILAS TENTANG KRAYAN DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

Ojek Krayan, Ojek Termahal

Perjalanannya cuma dua jam, tetapi jangan terkejut sebab ongkosnya Rp 500.000. Biaya angkut itu pukul rata, apakah membawa orang atau barang. Mahalnya ongkos itu bukan karena maraknya pungutan liar sepanjang lebih dari 100 kilometer jalan dari Longlayu (Kecamatan Krayan Selatan) melalui Longbawan (Kecamatan Krayan), Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, ke perbatasan Indonesia-Malaysia hingga kampung Bakalalan, Serawak, Malaysia. Tetapi, ini karena biaya hidup dua kecamatan yang dihuni sekitar 11.000 jiwa itu sangat tinggi akibat daerah mereka terisolir karena ketiadaan akses jalan darat dari daerah lain. Dua kecamatan itu hanya bisa ditempuh pesawat perintis dari Nunukan atau Tarakan. Itu sebabnya, untuk menjual sejumlah hasil bumi, terutama beras dan kerbau, sebagai andalan ekonomi, warga di sini melalui jalan darat ke kampung-kampung di perbatasan Malaysia setempat.


Karena sulit dijangkau inilah sejumlah harga barang juga jadi sangat mahal, seperti solar atau bensin saja dijual bisa mencapai Rp 25.000 per liter. Untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari, warga mesti pergi ke beberapa kampung di negeri jiran yang ada di perbatasan tersebut.

Berjalan kaki

Untuk keperluan tersebut, selain berjalan kaki, warga menggunakan sepeda motor. Di dua kecamatan ini warga yang memiliki sepeda motor sekitar 25 orang. Kendaraan itu mereka beli dari Tarakan, dengan terlebih dahulu dipreteli untuk bisa diangkut memakai pesawat.

Di Krayan tidak ada khusus ojek motor. Sebagian sepeda motor itu menjadi ojek dadakan saat diperlukan. ”Ongkos ojek Rp 500.000 itu kalau jalannya kering. Kalau jalannya menjadi bubur, para pengojek menolak beroperasi karena risikonya berat,” kata Eko Yuwono, pengojek asal Longlayu.

Jika rusak, kata Eko, itu bertanda buruk karena harus membeli suku cadangnya ke Tarakan. Artinya, akan berminggu-minggu baru bisa baik lagi. ”Itu pun tergantung kemampuan pengojeknya memperbaikinya. Sebab, di sini tak ada bengkel sepeda motor seperti di kota. Semua ditangani sendiri,” katanya.
Itu sebabnya, jelas Selutan Tadem, Camat Krayan Selatan, warga di sini kalau ingin bepergian ke negeri jiran banyak memilih berjalan kaki dengan perjalanan selama satu hari satu malam. Kalau memilih naik mobil pikap dari Malaysia, ongkosnya bisa tiga kali lipat ongkos ojek motor. Karena sudah terbiasa, warga di sini bisa membawa barang lebih dari 100 kilogram dengan berjalan kaki.
Kondisi ini berbeda dengan di perbatasan Kecamatan Jagoibabang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Pengangkutan barang atau orang dengan ojek dalam sepuluh tahun terakhir justru menjadi usaha tersendiri, terorganisasi layaknya persatuan ojek di perkotaan.

Di sini jumlah mereka lebih dari seratus orang. Tak heran bila mereka memiliki tempat mangkal dengan pos petugas pengatur jadwal antre keberangkatan para pengojek tersebut dengan rute tetap ke Serikin, Serawak.

Pengojek di sini, ungkap Edi (40), warga Jagoibabang, bisa mengangkut barang atau orang. Untuk orang, ongkosnya 30-40 ringgit pergi-pulang ke Serikin. Sedangkan untuk angkut barang, seperti gula, biaya angkut 5-10 ringgit per karung isi 50 kilogram. ”Kalau ada pesanan, sekali angkut bisa tiga sampai lima karung,” katanya.
Masalah lainnya

Dan kalau masalah pesawat nggak kelar juga, sudah ada masalah lain yang siap menyusul. kata pak Yacob di Bakelalan mulai diberlakukan pembatasan jumlah barang yang dibeli WNI, katanya sih mulai 4 Agustus 2008, kalau dulu, WNI bisa belanja barang sesuai kemampuan uangnya, sekarang tidak  lagi, beberapa jenis sembako dibatasi jumlahnya, seperti gula, cuma boleh beli 2 kg per orang, naahh loohh... padahal hampir 90% kebutuhan pokok warga Krayan dibeli dari pasar Bakelalan. Mereka memang memilih belanja ke Bakelalan, karena lebih murah dibandingkan beli ke Nunukan atau Tarakan.. lagi lagi gara gara mahalnya ongkos angkut barang.

Saya tidak tahu ini salah dimana atau salah siapa, tapi kok bisa ya???.... 65 tahun merdeka, pemerintah Indonesia tidak juga tulus memperhatikan dan menjaga gerbang negaranya, padahal biar perut penduduk Krayan isinya sembako Malaysia, mereka tetap tulus ikhlas jadi Warga Negara Indonesia.

Di Krayan 90 Persen Sembako dari Malaysia, Semen Capai Rp 500 Ribu per Sak
IRING-IRINGAN kendaraan roda dua tampak belepotan lumpur, turun dari bukit terjal dengan muatan yang cukup berat, melebihi ketentuan yang diperkenankan. Dari jauh kelihatan seperti motor Suzuki Satria, tapi jika diperhatikan lebih dekat tidak hanya jenis itu, motor dua tak lainnya juga banyak dimodivikasi, kopongan, tak ada spion, ban lapangan, mono shock.
Ada jeriken besar di kanan dan kiri, karung berisi karpet, tabung gas dan barang bawaan lain yang menyesakkan pemandunya.
Usut punya usut, ternyata mereka adalah tukang ojek. Bedanya, kalau di kota, tukang ojek memuat penumpang. Sedangkan ojek perbatasan, tugas utamanya hanyalah sebagai perantara, membawa pesanan barang kebutuhan pokok warga Krayan, dengan upah dan keuntungan yang menjanjikan.
Winarto, warga Long Bawan mengaku baru setahun menjadi tukang ojek perbatasan. Hampir setiap hari ia menjalankan aktivitas dengan motor andalannya, pulang pergi Krayan-Bakelalan.
Keuntungan yang didapat bervariatif. Sehari ia bisa meraup keuntungan Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. Ditambah, jika ia membawa barang sendiri, kemudian dijual kepada warga Krayan, keuntungan akan berlipat.
Adanya ojek sungguh bermanfaat, karena kendaraan roda empat sangat jarang bisa tembus hingga ke Bakelalan. Selain jalannya rusak parah, juga terpisah oleh anak sungai dan jembatan seukuran roda dua, tepatnya di pintu gerbang atau gate.
Di gate, tertera pajak atau retribusi yang harus dibayar oleh setiap orang yang ingin sampai ke Bakelalan. Tak terkecuali tukang ojek. Dan setiap roda dua dikenakan retribusi sebesar Rp 12.000 per tripnya. Sedangkan kereta (mobil, Red.) dari Serawak masuk ke Indonesia dikenakan retribusi sebesar RM 25 (Rp 69.250-kurs Rp 2.770 per 1 ringgit), dan kendaraan alat berat RM 50 (Rp 138.500).
Bagaimana dengan nilai barang?
Sebenarnya, nilai barang yang berasal dari Serawak jauh lebih murah dibanding barang kebutuhan pokok dari Indonesia. Hanya saja, karena medan yang dilalui tukang ojek lebih sulit, sehingga harga barang, jika telah sampai dan dijual di Krayan sedikit lebih mahal jika dibanding di Nunukan. Sebagai contoh, untuk premium Malaysia 1 liter dijual dengan botol, harga termurah Rp 9 ribu.
“Tapi, jika hujan harganya bisa melonjak hingga Rp 50 ribu per liter,” kata Hendrik warga Long Bawan.
Demikian pula sejumlah bahan bangunan, harga normal semen nilainya mencapai Rp 150 hingga Rp 170 ribu, namun jika hujan turun, dan aktivitas lumpuh, harga semen pun “menggila” bisa sampai Rp 400 ribu per sak.
“Pernah juga, harga semen itu dijual hingga Rp 500 ribu, itu jika stok langka,” sebutnya.
Tingginya nilai semen, itu juga yang membuat warga Krayan memutuskan untuk membangun rumahnya dengan kayu, biayanya jauh lebih murah daripada membangun rumah beton.
Nah, untuk peralatan dapur, seperti panci, wajan, sutil, piring atau gelas, harga memang jauh lebih murah. Warga Krayan pun memercayakan kualitas barang produksi Malaysia. Kualitas bagus, harga murah dan lebih mudah di dapat.
“Sebenarnya ada juga barang kebutuhan dari Nunukan maupun Tarakan, jumlahnya sedikit kurang lebih 10 persen. Sebaliknya, 90 persen kebutuhan pokok dipasok dari Malaysia,” kata Yagung, ketua Adat Desa Long Bawan.
Barang dari Indonesia, lanjutnya, seperti biasa, hanya bisa didrop via pesawat terbang. Baik itu melalui Susi Air ataupun Kura-kura.










VI.          KESIMPULAN
Seyogyanya  perdagangan antar dua Negara atau lebih, memberikan dampak yang positif kepada kedua belah pihak atau dengan kata lain memberikan keuntungan kepada masing-masing pihak yang melakukan perdagangan. Berbeda dengan apa yang kita lihat antara perdagangan di daerah perbatasan Long Bawan Krayan (Indonesia) dengan Ba’Kelalan (Malaysia).
Di kedua daerah perbatasan tersebut Long Bawan (Indonesia) dan Ba’Kelalan(Malaysia) perdagangan tersebut terjadi karena ada pihak yang sangat membutuhkan yaitu daerah Long Bawan Krayan sehingga melakukan apasaja untuk pemenuhan kebutuhan yang hanya bisa didapat dari pihak Ba’Kelalan yang tidak memberikan kontribusi yang memadai atau bisa dikatakan seenak hatinya saja, dan hal ini semakin ironi karena pemerintah pusat tidak memberikan apa yang dibutuhkan oleh warga negaranya yang jauh di tengah belantara hutan Kalimantan Timur yang terisolir, dimana warga Negara yang tidak diperhatikan tersebut tetap mencintai dan menghormati Negara Republik Indonesia tercinta ini, wahai……….














Di sadur dari :


1 komentar:

  1. mbak sofi, luar biasa informasinya---saya beberapa kali sampai long bawan dan mendapati seperti yang mbak tuliskan, tapi saya sendiri tak sempat menuliskannya---------terimakasih sudah menginspirasi lagi

    BalasHapus